Rabu, 8 Disember 2010

Menjadi muslim yg anti dengki




rejeki itu bukan hanya harta tetapi mempunyai banyak cabang, termasuk antara lain kekuasaan, pemahaman ilmu, kesehatan dan lain-lain. Maha suci Allah Subhana wata’ala (Swt), yang meluaskan rejeki kepada siapa yang dikehendaki dan menyempitkan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Oleh karena itu Rejeki yang diberikan kepada Seseorang atau Kelompok bahkan Negara seharusnya dipandang sebagai ketentuan Allah Swt dan takdir Illahi. Kerasulan Nabi Muhammad Salallahu “alaihi wassalam (Saw) adalah takdir Illahi walaupun orang-orang kafir (Yahudi/Nasrani) dengki (hasud) terhadap Kerasulan Nabi Muhammad Saw, sehingga tak mau mengikutinya.

Orang-orang hasad tidak akan ridha dengan takdir dan ketentuan Allah Swt dalam pembagian nikmat-Nya kepada para hamba-Nya. Dengan demikian setiap kenikmatan yang dianugerahkan Allah Swt kepada hamba-Nya selalu ada musuhnya dan orang yang hasud itulah musuhnya.
Hasud itu kezhaliman dan senantiasa diawali dengan rasa iri yang merupakan perasaan ingin memperoleh kenikmatan seperti orang lain peroleh, tetapi tidak suka kalau melihat orang lain mendapat kenikmatan atau sangat senang bila orang lain mendapat kesusahan. Untuk itu Nabi Muhammad Saw bersabda :
Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Hati-hatilah kalian terhadap dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar“, atau beliau bersabda, “(memakan) rumput“. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 276, no. 4903).
Kalau direnungkan perintah Nabi Saw untuk mewaspadai terhadap iri dan dengki tersebut, sesungguhnya ditujukan kepada orang-orang mukmin, karena sayangnya Nabi Saw kepada pengikutnya supaya tidak berbuat kezhaliman.
Iri dengki adalah kendaraan Syetan, sehingga Allah Swt melarang orang muslim terhadap muslim yang lain saling iri dengki, karena setiap rezeki yang didapatkan dari usaha masing-masing tersebut given dan sudah menjadi ketentuan Allah.

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS.An Nisaa' 32].
Karena setiap manusia termasuk orang muslim tidak bisa terhindar dari sifat-sifat dengki, prasangka buruk, dan kawatir, maka setiap kedengkian itu muncul dalam hati berlindunglah kepada Allah Swt dan jangan dituruti untuk menyatakannya.

“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS.Al A'raf' : 200].
Seorang muslim hanya dibolehkan iri itu sebagaimana sabda Nabi Saw: “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Mengapa harus iri dengki sesama muslim? Bukankah sesama muslim itu bersaudara? Supaya tidak iri barangkali perlu dipatrikan dalam hati Sabda Rasullullah Saw: “Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar.” (HR. Abu Ya’la).

Sedangkan agar tidak dengki, beliau bersabda:
“Semoga Allah mengangkat derajat seseorang yang mendengar ucapanku, lalu dia memahaminya. Berapa banyak pembawa fikih yang tidak fakih. Tiga perkara yang (karenanya) hati seorang mukmin tidak akan ditimpa dengki: mengikhlaskan amal karena Allah, memberi nasihat kepada para pemimpin kaum muslimin dan berpegang kepada jama’ah mereka, karena doa mereka mengelilingi mereka dari belakang mereka” (HR. Bazzar).

Wallahu A’lam Bis Shawab

Oleh Al.Ustadz Ahmad Sukina

Tiada ulasan:

Catat Ulasan